Ambon, CM
Sepak terjang PDIP dan Golkar di Maluku bukan cerita baru lagi.
Bahkan perseteruan keduanya di dunia politik, sudah menjadi konsumsi publik masyarakat di Bumi Raja-raja ini.
Namun, ada cerita manis yang ditinggalkan dari hasil koalisi kedua parpol dimaksud, yakni saat keduanya berhasil mengusung kepala daerah dalam momentum Pilgub tahun 2008, Karel Albert Ralahalu (PDIP) dan Said Assgaff (Golkar).
Kisah ini pula yang didambakan bakalan terjadi dalam momentum yang sama tahun 2018 nanti, meskipun kali ini PDIP harus mengalah mengisi second line, taptnya posisi wakil gubernur.
Hal ini ditegaskan calon wakil gubernur, Mozes Rudi Timisella,ST, kepada wartawan, usai mengembalikan berkas pendaftaran ke Sekretariat DPD PDIP Maluku, Sabtu pekan kemarin.
”Kalau disebut ada koalisi, itu sangat normal dalam perpolitikan. Bagaimana ceritanya sampai keduanya bisa berkoalisi saya tidak akan mencampuri itu. Tetapi saya ingin menyatakan biarlah ini berproses sebagaimana mestinya. Karena itu, saya memberanikan diri mendaftar sebagai calon wakil gubernur,” ujarnya.
Menurutnya, pendaftarannya ini memenuhi kriteria sebagai warga negara, begitupun sebagai putra asli daerah Maluku.
”Siapa saja warga negara Indonesia, berhak mendaftarkan dirinya sebagai calon kepala daerah maupun wakil kepala daerah. Karenanya, saya memilih mendaftar sebagai calon wakil gubernur maluku,” tegasnya.
Begitu memasukkan berkas pendaftarannya, terangnya, maka ia pun menegaskan siap memberikan bentuk pengabdian terbaik kepada warga Maluku.
”Kalau di Papua memiliki kekuasaan, saya tidak merasa begitu. Karena selama ini saya merasa hanya melayani dan mengabdi. Kalaupun saya mendaftar sebagai calon wakil gubernur, karena murni sayang ingin mengabdi dan melayani kepada masyarakat saya sendiri,” jelasnya.
Sebagai kader, dengan tegas ia menyatakan akan menerima apapun keputusan yang diberikan oleh partai besiutan Megawati Soekarnoputri itu.
”Apapun nantinya yang diputuskan oleh partai, saya sebagai kader partai politik, akan sangat menghargai dan menghjormatinya,” tegasnya.
Momentum pemilihan gubernur ini, tambahnya, bukan momentum untuk mencari posisi, melainkan momentum masyarakat yang mencari dan memilih pemimpinnya sendiri.
”Perlu saya tekankan di sini, momentum ini adalah masyarakat Maluku mencari pemimpinnya, bukan pemimpin yang mencari posisinya,” pungkasnya.(CM-01)
Sepak terjang PDIP dan Golkar di Maluku bukan cerita baru lagi.
Bahkan perseteruan keduanya di dunia politik, sudah menjadi konsumsi publik masyarakat di Bumi Raja-raja ini.
Namun, ada cerita manis yang ditinggalkan dari hasil koalisi kedua parpol dimaksud, yakni saat keduanya berhasil mengusung kepala daerah dalam momentum Pilgub tahun 2008, Karel Albert Ralahalu (PDIP) dan Said Assgaff (Golkar).
Kisah ini pula yang didambakan bakalan terjadi dalam momentum yang sama tahun 2018 nanti, meskipun kali ini PDIP harus mengalah mengisi second line, taptnya posisi wakil gubernur.
Hal ini ditegaskan calon wakil gubernur, Mozes Rudi Timisella,ST, kepada wartawan, usai mengembalikan berkas pendaftaran ke Sekretariat DPD PDIP Maluku, Sabtu pekan kemarin.
”Kalau disebut ada koalisi, itu sangat normal dalam perpolitikan. Bagaimana ceritanya sampai keduanya bisa berkoalisi saya tidak akan mencampuri itu. Tetapi saya ingin menyatakan biarlah ini berproses sebagaimana mestinya. Karena itu, saya memberanikan diri mendaftar sebagai calon wakil gubernur,” ujarnya.
Menurutnya, pendaftarannya ini memenuhi kriteria sebagai warga negara, begitupun sebagai putra asli daerah Maluku.
”Siapa saja warga negara Indonesia, berhak mendaftarkan dirinya sebagai calon kepala daerah maupun wakil kepala daerah. Karenanya, saya memilih mendaftar sebagai calon wakil gubernur maluku,” tegasnya.
Begitu memasukkan berkas pendaftarannya, terangnya, maka ia pun menegaskan siap memberikan bentuk pengabdian terbaik kepada warga Maluku.
”Kalau di Papua memiliki kekuasaan, saya tidak merasa begitu. Karena selama ini saya merasa hanya melayani dan mengabdi. Kalaupun saya mendaftar sebagai calon wakil gubernur, karena murni sayang ingin mengabdi dan melayani kepada masyarakat saya sendiri,” jelasnya.
Sebagai kader, dengan tegas ia menyatakan akan menerima apapun keputusan yang diberikan oleh partai besiutan Megawati Soekarnoputri itu.
”Apapun nantinya yang diputuskan oleh partai, saya sebagai kader partai politik, akan sangat menghargai dan menghjormatinya,” tegasnya.
Momentum pemilihan gubernur ini, tambahnya, bukan momentum untuk mencari posisi, melainkan momentum masyarakat yang mencari dan memilih pemimpinnya sendiri.
”Perlu saya tekankan di sini, momentum ini adalah masyarakat Maluku mencari pemimpinnya, bukan pemimpin yang mencari posisinya,” pungkasnya.(CM-01)
Komentar