Berita Nasional CM- Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan
Transmigrasi, Eko Putro Sandjojo menegaskan, dikucurkannya dana desa
hanya sebagai stimulus pembangunan desa. Maka pembangunan desa
seyogyanya bersumber dari pendapatan lain yakni Badan Usaha Milik Desa
(BUMDes).
Menteri Eko mengungkapkan, Indonesia telah memiliki banyak BUMDes
yang sukses. Ia memberi contoh BUMDes di Desa Ponggok, yang pada tahun
2016 mampu meraih untung Rp10,3 Miliar. Keuntungan tersebut berbanding
jauh dari jumlah dana desa yang diterima Desa Ponggok yang berjumlah
sekitar Rp600 juta per tahun.
"BUMDes itu seratus persen milik desa. Uangnya untuk desa dan
kebijakan-kebijakan desa. Karena BUMDesnya kaya, sekarang sudah bikin
jalan (desa) sendiri. Dia (Desa Ponggok) punya program semua rumah wajib
mengirimkan anaknya ke perguruan tinggi, dibiayai," ujarnya.
Contoh lain lanjutnya, adalah BUMDes di Desa Panggungharjo , Bantul
yang awalnya sangat kotor. Kemudian dibentuklah BUMDes melalui bisnis
bank sampah. Melalui bank sampah, BUMDes tersebut mampu meraup untung
hingga Rp75 juta per bulan.
"Banyak hal yang bisa dilakukan. Cuma memang harus diakui bahwa tidak semua Kades dan pengurus BUMDes itu kreatif," ujarnya.
Di sisi lain Menteri Eko mengatakan, dana yang masuk ke desa
jumlahnya sangat besar. Tak hanya dana desa yang berjumlah Rp60 Triliun,
pembangunan desa juga dibantu oleh 19 kementerian/lembaga yang total
anggarannya mencapai Rp560 Triliun.
"Karena tahun ini lebih dari separuh/ lebih sedikit dari APBN kita didistribusikan ke daerah," ungkapnya.
Di samping itu menurutnya, 4 program prioritas pemerintah yakni
Produk Unggulan Kawasan Perdesaan (Prukades); Embung Desa; Badan Usaha
Milik Desa (BUMDes); dan Sarana Olahraga Desa, mampu mendorong desa-desa
di Indonesia lepas dari ketertinggalan. "Nah pemerintah membuat 4
program unggulan ini, kalau dilakukan serempak, saya yakin kurang dalam 5
tahun tidak ada lagi desa-desa tertinggal," ujarnya.
Komentar