Ambon, CM
Hujan lebat dan angin kencang pada Selasa 13 Juni, dini hari mengakibatkan pohon Salawaku tumbang. Satu rumah nyaris tertimpa musibah. Sementara pemerintah seakan cuek dari kejadian naas itu. Pantauan koran ini, hujan lebat dan angin kencang yang terjadi pada Selasa 13 Juni, dini hari, mengakibatkan pohon Salawaku yang berumur sekitar ratusan tahun tumbang. Satu rumah milik warga RT 001/RW 06 Negeri Soya, Simon Latupapua nyaris tertimpa musibah itu.
Kepada koran ini Simon Latupapua mengaku, bahwa sebelum kejadian terjadi dirinya bersama istri dan anak-anak sementara bangun sarapan. Setelah itu, mereka kembali tidur. Tiba-tiba hujan deras disertai angin kencang terjadi. Suara patahan pohon terdengar dari arah gunung, belakang rumahnya, ia lari keluar dan berteriak membangunkan istri dan anak-anaknya. Mereka semua panik dan lari keluar rumah. Berselang patahan pohon yang berukuran hampir 20 meter itu robon dan jatuh persis di samping rumahnya.
Sekira Pukul 20.00 Wit, warga setempat berupaya untuk membersihkan pohon. Dua unit mesin sensor milik warga digunakan, namun yang berfungsi hanya satu. Sampai pukul 21.00 Wit warga baru memotong bongkahan pohon yang roboh itu, dikeranakan medan yang cukup berat. Sampai dengan saat ini puing-puing batang pohon berukuran 1 meter masih berada di lokasi kejadian, dikarenakan jarak evakuasi yang cukup sulit. Pihak BPBP Kota Ambon yang dihubungi untuk memohon bantuan tak kunjung turun di lokasi bencana. Kepala BPBD Kota Ambon Enrico Matitaputty yang dihubungi mengaku sementara berada di Jakarta mengikuti Diklat PIM II, dan menyampaian untuk berkoordinasi dengan anak buhanya agar turun ke lokasi kejadian, namun sampai dengan tadi malam, tak satupun batang hidung petugas BPBD Kota Ambon yang turun.
Ketua RW 006 Nus Sapteno yang berada di TKP pasca kejadian hingga pembersihan puing-puing pohon yang roboh menyesali sikap acuh petugas BPBD Pemkot Ambon. Semestinya, kata Nus, dengan kondisi cuaca yang cukup ekstrim, petugas BPBD itu harus stand by 2 kali 24 jam. Sebab, kemungkinan terburuk akan terjadi seperti banjir dan longsor. "Ini sondor ada lai. Kerja macam apa dong itu. Kalau su tar mampu for jadi petugas disitu jang ambil tanggung jawab itu. Bayangkan bukan kejadian ini saja, kemarin warga saya juga rumah tertimbun longsor, yang dikasih apa? Terpas satu buah. Apa-apaan ini. Karja makang pancuri saja nomor satu. Warga sementara susah dan butuh pertolongan tidak direspon," kesalnya. Untuk itu, Nus meminta Walikota Ambon Richard Louhenapssy melakukan evaluasi terhadap kinerja bawahan yang tidak responsif terhadap setiap keluhan yang disampaikan warga. "Bila perlu turunkan saja mereka, sebab tidak becus menjalankan tugas," tandasnya.(CM-01)
Hujan lebat dan angin kencang pada Selasa 13 Juni, dini hari mengakibatkan pohon Salawaku tumbang. Satu rumah nyaris tertimpa musibah. Sementara pemerintah seakan cuek dari kejadian naas itu. Pantauan koran ini, hujan lebat dan angin kencang yang terjadi pada Selasa 13 Juni, dini hari, mengakibatkan pohon Salawaku yang berumur sekitar ratusan tahun tumbang. Satu rumah milik warga RT 001/RW 06 Negeri Soya, Simon Latupapua nyaris tertimpa musibah itu.
Kepada koran ini Simon Latupapua mengaku, bahwa sebelum kejadian terjadi dirinya bersama istri dan anak-anak sementara bangun sarapan. Setelah itu, mereka kembali tidur. Tiba-tiba hujan deras disertai angin kencang terjadi. Suara patahan pohon terdengar dari arah gunung, belakang rumahnya, ia lari keluar dan berteriak membangunkan istri dan anak-anaknya. Mereka semua panik dan lari keluar rumah. Berselang patahan pohon yang berukuran hampir 20 meter itu robon dan jatuh persis di samping rumahnya.
Sekira Pukul 20.00 Wit, warga setempat berupaya untuk membersihkan pohon. Dua unit mesin sensor milik warga digunakan, namun yang berfungsi hanya satu. Sampai pukul 21.00 Wit warga baru memotong bongkahan pohon yang roboh itu, dikeranakan medan yang cukup berat. Sampai dengan saat ini puing-puing batang pohon berukuran 1 meter masih berada di lokasi kejadian, dikarenakan jarak evakuasi yang cukup sulit. Pihak BPBP Kota Ambon yang dihubungi untuk memohon bantuan tak kunjung turun di lokasi bencana. Kepala BPBD Kota Ambon Enrico Matitaputty yang dihubungi mengaku sementara berada di Jakarta mengikuti Diklat PIM II, dan menyampaian untuk berkoordinasi dengan anak buhanya agar turun ke lokasi kejadian, namun sampai dengan tadi malam, tak satupun batang hidung petugas BPBD Kota Ambon yang turun.
Ketua RW 006 Nus Sapteno yang berada di TKP pasca kejadian hingga pembersihan puing-puing pohon yang roboh menyesali sikap acuh petugas BPBD Pemkot Ambon. Semestinya, kata Nus, dengan kondisi cuaca yang cukup ekstrim, petugas BPBD itu harus stand by 2 kali 24 jam. Sebab, kemungkinan terburuk akan terjadi seperti banjir dan longsor. "Ini sondor ada lai. Kerja macam apa dong itu. Kalau su tar mampu for jadi petugas disitu jang ambil tanggung jawab itu. Bayangkan bukan kejadian ini saja, kemarin warga saya juga rumah tertimbun longsor, yang dikasih apa? Terpas satu buah. Apa-apaan ini. Karja makang pancuri saja nomor satu. Warga sementara susah dan butuh pertolongan tidak direspon," kesalnya. Untuk itu, Nus meminta Walikota Ambon Richard Louhenapssy melakukan evaluasi terhadap kinerja bawahan yang tidak responsif terhadap setiap keluhan yang disampaikan warga. "Bila perlu turunkan saja mereka, sebab tidak becus menjalankan tugas," tandasnya.(CM-01)
Komentar