TUAL – Sebagai wujud keikutsertaan dalam memberikan kontribusi bagi upaya mencerdaskan kehidupan bangsa, sebagaimana tertuang dalam pembukaan UUD 1945, beberapa anak daerah Tual dan Maluku Tenggara (Malra) yang tergabung dalam Komunitas Gerakan Muda Putera-Puteri Evav, mendirikan Taman Bacaan Nuhu Evav (TBNE).
Dengan dikoordinir oleh Infantri Rettob, S, ik, TBNE telah beroperasi sejak empat tahun lalu atau sejak tahun 2013 di bumi Larvul Ngabal. Tidak dengan modal materi yang berlimpah, melainkan hanya dengan semangat, tekad dan niat yang tulus, TBNE berhasil didirikan.
Saat ditemui Wartawan media ini di Kota Tual, belum lama ini, Rettob yang pernah menempuh pendidikan kota pelajar Jogyakarta itu, menyatakan, dirinya memiliki rasa tanggungjawab moral, kepada bumi Larvul Ngabal, sebagai daerah asalnya. Atas dasar itu, dirinya kemudian menginisiasi satu langkah konkrit, dengan cara mendirikan taman bacaan.
“Buku adalah jendela dunia. Dengan buku, kita bisa tahu banyak hal, sekaipun kita berada jauh dari ibukota provinsi maupun ibukota Negara ini. Itu menjadi dasar bagi saya untuk membentuk taman bacaan ini. Saya hanya meyakini sungguh, bahwa dengan apa yang dilakukan ini, akan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat Tual dan Maluku Tenggara, khususnya anak-anak sebagai generasi penerus bangsa,” katanya tegas.
Diakui, dalam mengelola taman bacaan, dia dibantu oleh dua orang rekannya yang juga penah menempuh pendidikan di Kota Jogjakarta. Dua rekanya itu masing-masing Hasan Borut, dan Hambali.
Mengenai ketersediaan buku-buku di TBNE, Rettob membeberka, awalnya referensi buku-buku untuk taman bacaan diperoleh dengan jalan mengepul donasi buku dari para mahasiswa asal Maluku Tenggara yang ada di Jogjakarta dan daerah JawaTengah (Jateng), dan Jawa Barat (Jabar), serta juga mahasiswa yang ada di Kota Ambon. Hasilnya, sekarang sudah ada kurang lebih 1.800 buku bacaan yang terdapat di TBNE.
“Buku-buku yang ada di Taman Bacaan Nuhu Evav boleh dibaca dan juga dipinjam. Saat dikebalikan, tidak dipungun biaya apapun. Tetapi kami hanya minta supaya kondisi buku yang dipinjam itu dijaga, dan yang pasti harus dikembalikan, supaya bisa dibaca juga oleh orang lain,” tandasnya.
Tidak hanya membuta TBNE, lanjutnya, pihaknya pun membuka lapak buku atau perpustakaan keliling secara begantian, pada daerah yang strategis di Kota Tual dan Kabupaten Malra. Program lain yang telah dijalanjkannya, yakni program khusus pelatihan komputer, Bahasa Inggris, serta publik speaking.
Menyinggung adanya uluran tangan pemerintah terhadap TBNE, dibeberkannya, hingga saat ini disentuh pemerintah dan otoritas setempat. Namun hal itu tidak menjadi permasalahan yang berarti, karena sejak awal dibentuk taman bacaan ini tidak bertumpu pada pemerintah.
Sumber dana untuk biaya operasional TBNE itu didapatkan dengan cara menjajakan kuliner ringan di pasar dan kantor pemerintah.
Komentar